Kenangan di Lapak Koran
Short URL: http://goo.gl/dA9AhD
To: Bapak Pelapak Koran Gerbang Fapet UB Malang Dear, Pak koran. Apa kabarmu, Pak? Sudah dua tahun lebih kita tak berjumpa. Masihkah sampeyan berjualan koran di dekat gerbang Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang? Atau sudah 'diusir' dan berjualan di tempat lain? Karena menurut isu yang beredar gerbang Fapet UB kini sudah dibuka untuk umum. Tentu saja pelapak pinggir jalan harus dibersihkan guna memperlancar arus lalu-lintas. Hari ini hari Jumat. Dulu, hari Jumat merupakan waktu yang tepat untuk cangkrukan di lapakmu. Entah itu sebelum masuk kuliah ataupun sepulang kuliah. Tak sekedar cangkrukan, aku pun rutin membeli tabloid sepak bola SOCCER darimu, yang memang terbit di hari Jumat. Ingatkah sampeyan? Pertama kali aku beli tabloid SOCCER di lapakmu saat ujian SPMB (sekarang SBMPTN). Dari tabloid itulah aku kenal dan akrab denganmu. Hampir empat tahun aku berlangganan ke sampeyan membeli tabloid itu. Hingga pada suatu ketika, aku merasakan kemajuan teknologi informasi yang sangat pesat. Aku menganggap berita di tabloid sudah terlalu basi, kurang kekinian. Oleh sebab itu, aku tak lagi membeli tabloid lagi di lapakmu. Tiap cangkruk ke lapakmu, aku hanya baca-baca saja, bahkan kadang meminjam majalah/tabloid dan dikembalikan besoknya. Beruntung, sampeyan orangnya baik hati dan tidak sombong. Meski cuma baca-baca, setidaknya sampeyan ada teman ngobrol. Aku pun merasa omsetmu semakin menurun dan sepi pembeli. Akhir tahun 2013, aku harus pulang ke desa. Tak sempat berpamitan kepada sampeyan. Nomor hape sampeyan pun raib. Setahun setelah kepulanganku, aku mendapat kabar bahwa tabloid SOCCER sudah tidak diproduksi lagi dari hastag #SOCCERpamit di akun Twitter @TabloidSOCCER. Padahal tabloid SOCCER versi Twitter adalah andalanku dalam mengupdate berita sepak bola kekinian. Sedihnyaaa~ Bersama surat ini, aku mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya karena sampeyan rela berbagi informasi melalui lapak koran/majalah/tabloid-mu. Semoga suatu saat kita bisa bersua kembali. Bernostalgia tentang tabloid SOCCER, koran stensilan, mahasiswi cantik pelanggan tabloid NOVA, bal-balan Ngalam, dan lain sebagainya. :) Warm regards, Perusuh lapakmu. |
📌 Tag: #30HariMenulisSuratCinta Hari ke-13
terkadang kasian juga ya yg usaha klasik kini mulai ditinggalkan dan beralih ke online hoho
BalasHapusMemang usaha harus mengikuti jaman yang semakin kekinian. Siapa tahu Bapaknya itu sekarang jadi Buzzer di media sosial. Hehe. :))
HapusSekarang penjual PENJAJA KELILING koran kalau saya pribadi melihatnya sungguh sangat miris,terkadang dari pagi sampai sore paling hanya beberapa lembar yang laku dan itu saya lihat sendiri didaerah saya Bang Alief..mungkin karena faktor ZAMAN yang sekarang serba ELECTRO jadi usaha KORAN seakan terlupakan..kalau koran Soccer itu dulu ♥♥♥♥ saya bang..☺☺☺
BalasHapusBetul juga itu Bang. Kalau di tempat saya, kios yg jualan koran biasanya koran pagi dijual obral ketika sore hari, daripada gak laku dan gak bisa dibalikin ke produsen (Jawa Pos). Kayaknya koran harian BOLA juga stop produksi, tinggal edisi yang mingguan. Pengen update berita terbaru ya tinggal lihat TV atau cari berita di internet, beres. :)
HapusItulahhh..karana menjamurnya TV SWASTA ☺☺
BalasHapusAnak-anak sekarang tontonannya Anak Jalanan RCTI, Bang. Haha~ :))
HapusSelamat malam dan terima kasih kunjungannya :)
BalasHapusSelamat malam juga. Masama, Pak Basri. :)
Hapus